BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hernia
merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Di negara berkembang seperti di
Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola
hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur,
sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat,
serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga
meningkatkan tekanan pada intraabdomen.
Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria
lebih berat dari pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa
penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan
di daerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan
masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1Mahasiswa dapat memahami konsep
dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Inguinalis :
a. Pengertian, patofisiologi pada penyakit Hernia
b. Pengkajian, tes diagnostik, dan manifestasi klinis pada klien dengan Hernia
c. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan umum pada pasien dengan Hernia
1.2.2 Mahasiswa akan mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem saraf (Alzheimer).
a. Pengertian, patofisiologi pada penyakit Hernia
b. Pengkajian, tes diagnostik, dan manifestasi klinis pada klien dengan Hernia
c. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan umum pada pasien dengan Hernia
1.2.2 Mahasiswa akan mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem saraf (Alzheimer).
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan tugas makalah ini adalah mencari dari berbagai sumber dan diskusi
bersama kelompok
1.4
Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun
dalam tiga BAB dengan sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Yang menguraikan
:
1.1.Latar
Belakang Masalah
1.2.Tujuan
Penulisan
1.3.Metode
Penulisan
1.4.Sistematika
Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian Hernia
2.2 Etiologi Hernia
2.3 Patofisiologi Hernia
2.4 Revisi model promosi kesehatan
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Definisi promosi
kesehatan
3.2 Teori pemahaman
promosi kesehatan
3.3 Model teori promosi
kesehatan menurut Nola J. Pender
3.4 Komponen teori
promosi kesehatan
3.5 Analisis teori
promosi kesehatan
BAB IV
PENUTUP
Yang menguraikan tantang :
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertiam
Hernia
merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan
peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut
kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia
merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong
: 2005)
Hernia
inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Dari
ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi
suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian
yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan
material abnormal dengan penyebab
congenital ataupun yang didapat
2.2 Etiologi
Factor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
a.
Keadaan
yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan
mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
b.
Adanya
prosesus vaginalis yang terbuka.
c.
Kelemahan
otot dinding perut.
d.
Anulus internus yang cukup lebar.
2.3 Patofisiologi
Hernia inguinalis
adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebalah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke
rongga perut malalui anulus inguinalis
eksternus.
Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei.
Pada bayi
yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa
hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
2.4
Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia
menurut letaknya dan hernia menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia
Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di
sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih
tinggi pada bayi & anak kecil
b. Hernia
Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa
epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia
femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita
dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang
membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk
ke dalam kantung.
d. Hernia
umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan
yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien
yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan,
obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi
bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca
operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia
skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
a. Hernia
reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada
hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala
obstruksi usus.
b. Hernia
ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c. Hernia
inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia
tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis
obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa.
Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi
gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d. Hernia
strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya
sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak
dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
2.5
Manifestasi
klinik
Pada pasien terlihat
adanya masa bundar pada anulus
inguinalis eksterna yang mudah mengecil
bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia
jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta
karena langsung menuju anulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya
akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus
dapat dipisahkan dari masa hernia.
Bila
jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan dinding
belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung
jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis.
Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut
membentuk dinding medial hernia.
2.6
Komplikasi
a. Terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena
mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena
infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada
usu halus
.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia
akibat makin banyaknya usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran
isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini
disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus,
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul
akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien
menjadi gelisah.
2.7
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
konservatif dan pembedahan.
a)
Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b)
Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi
hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk
tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh
mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA
- Pengkajian
a.
Riwayat kesehatan dan keperawatan
Riwayat kesehatan dan keperawatan digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kebiasaan – kebiasaan pasien yang mencerminkan kebiasaan sehari – hari.
b.
Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan data tentang cara hidup pasien, latar
belakang pendidikan, sumber – sumber ekonomi, agama, kebudayaan dan etnik pada
pasien hernia.
c.
Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun sumber –
sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan perubahan yang
ada.
d.
Aktifitas / istirahat
Gejala
|
Riwayat
pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama.
|
Tanda
|
Atrofi
otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan dan keterbatasan dalam
mobilisasi.
|
e.
Eliminasi
Gejala
|
Konstifasi,
mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia / retensi urine.
|
|
|
f.
Integritas ego
Gejala
|
Ketakutan
dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan dan financial keluarga.
|
Tanda
|
Tanda
cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.
|
g.
Neurosensori
Gejala
|
Kesemutan,
kelemahan dari tangan dan kaki.
|
Tanda
|
Penurunan
refleks tendon dan kelemahan otot, adanya persepsi nyeri.
|
h.
Kenyaman / nyeri
Gejala
|
Nyeri
seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya secara intermiten, nyeri dapat
menjalar, ke kaki, lengan, bokong dan
kaku pada leher, keterbatasan mobilisasi.
|
Tanda
|
dengan
cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan
berbeda seperti biasanya, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi.
|
i.
Keamanan
Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan, bengkak,
demam dan penurunan fungsi.
j.
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala
|
Gaya
hidup monoton dan hiperaktif
|
Rencana
pemulangan
|
Memerlukan
perawatan luka
|
Pertimbangan
|
Lama
perawawtan 7– 14 hari
|
- Diagnosa keperawatan
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka
post operasi.
Tujuan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
|
Kriteria
hasil
|
Klien
mengatakan nyeri hilang atau berkurang,
Tanda
– tanda vital dalam batas normal
Wajah
klien rileks.
|
Rencana tindakan :
1)
Observasi tanda – tanda vital.
2)
Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang
memperberat karaktersitik.
3)
Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi
pengalihan seperti mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku.
4)
Berikan posisi yang nyaman (semifowler)
5)
Kolaborsi pemberian obat analgetik.
b.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan
adanya luka post operasi.
Tujuan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi infeksi tidak terjadi
|
Kriteria
hasil
|
Luka
kering, tidak ada pus.
Tidak
ada kemerahan.
Tidak
ada bengkak.
Kerapatan
luka tampak bagus.
|
Rencana tindakan :
1)
Observasi tanda – tanda infeksi ( tumor, rubor,
dolor, kalor, fungsiolesa ).
2)
Observasi tanda – tanda vital, perhatikan adanya
peningkatan suhu tubuh.
3)
Lakukan ganti balutan tiap hari.
4)
Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril,
aseptik dan antiseptik.
5)
Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
6)
Monitor leukosits..
c.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
Kriteria hasil klien
dapat melakukan perawatan secara mandiri.
Rencana tindakan :
1) Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan diri bagi klien.
2) Motivasi
klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan.
3) Motivasi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klienseperti menggosok gigi,
makan, minum.
4)
Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri.
5)
Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara
bertahap
d.
Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang perawatan hernia pasca operasi.
Tujuan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga mengerti tentang hal – hal
yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya hernia.
|
Kriteria
hasil
|
Secara
verbal klien mengerti perawatan selanjutnya antara lain dalam hal mencegah
terulangnya penyakit henia.
|
Rencana tindakan :
1)
Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan
hal-hal yang harus di perhatikan agar tidak terjadi kekambuhan.
2)
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuan yang dapat di toleransi.
3)
Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.
4)
Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan
aktifits.
5)
Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang
berat.
6)
Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang
cara perawatan luka di rumah.
BAB
IV
PENUTUP
- KESIMPULAN
Hernia merupakan protrusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan Hernia inguinalis adalah
hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral
vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus
Hernia
adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung
kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan
kantung berisikan material abnormal
dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.
Pada pasien terlihat adanya
masa bundar pada anulus inguinalis
eksterna yang mudah mengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
- SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya
mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan
tentang penyakit Hernia
yang pada akhirnya mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka
insidensi penyakit Herniar
ini. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi
tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi
yang lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Core Principle and Practice of Medical
Surgical Nursing. Ledmann’s.
Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen.
Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah.
Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono.
Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar