Powered By Blogger

Rabu, 17 April 2013

Asuhan Keperawatan Hernia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur, sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat, serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga meningkatkan tekanan pada intraabdomen.
      Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan di daerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1Mahasiswa dapat memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Inguinalis :
a.    Pengertian, patofisiologi pada penyakit
Hernia
b.    Pengkajian, tes diagnostik, dan manifestasi klinis  pada klien dengan
Hernia
c.    Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan umum pada pasien dengan
Hernia
1.2.2 Mahasiswa akan mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem saraf (Alzheimer).

1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas makalah ini adalah mencari dari berbagai sumber dan diskusi bersama kelompok
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun dalam tiga BAB dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN
Yang menguraikan :
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Tujuan Penulisan
1.3.Metode Penulisan
1.4.Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Hernia
2.2 Etiologi Hernia
2.3 Patofisiologi Hernia
2.4 Revisi model promosi kesehatan
BAB III PEMBAHASAN
            3.1 Definisi promosi kesehatan
            3.2 Teori pemahaman promosi kesehatan
            3.3 Model teori promosi kesehatan menurut Nola J. Pender
            3.4 Komponen teori promosi kesehatan
            3.5 Analisis teori promosi kesehatan

BAB IV PENUTUP
Yang menguraikan tantang :
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran








BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertiam

Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer  : 2000)
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material  abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat
2.2 Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
a.       Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
b.      Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
c.       Kelemahan otot dinding perut.
d.      Anulus  internus yang cukup lebar.
2.3  Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut malalui anulus  inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut  akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan  normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.





2.4              Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a.   Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
b.  Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c.   Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
d.  Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e.   Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

Menurut sifat atau tingkatannya :
a.       Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b.      Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c.       Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d.      Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
2.5     Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada  anulus inguinalis eksterna yang  mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang sekali   menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis  eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis  interna di tekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk  dinding medial hernia.
2.6           Komplikasi
a.       Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.
b.   Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.


2.7            Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan pembedahan.
a)            Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat    anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b)            Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA

  1. Pengkajian
a.       Riwayat kesehatan dan keperawatan
Riwayat kesehatan dan keperawatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan – kebiasaan pasien yang mencerminkan kebiasaan sehari – hari.
b.      Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan data tentang cara hidup pasien, latar belakang pendidikan, sumber – sumber ekonomi, agama, kebudayaan dan etnik pada pasien hernia.
c.       Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun sumber – sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan perubahan yang ada.
d.      Aktifitas / istirahat
Gejala
Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Tanda
Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan dan keterbatasan dalam mobilisasi.
e.       Eliminasi
Gejala
Konstifasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia / retensi urine.


f.       Integritas ego
Gejala
Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan dan financial keluarga.
Tanda
Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.
g.       Neurosensori
Gejala
Kesemutan, kelemahan dari tangan dan kaki.
Tanda
Penurunan refleks tendon dan kelemahan otot, adanya persepsi nyeri.
h.      Kenyaman / nyeri
Gejala
Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya secara intermiten, nyeri dapat menjalar, ke kaki, lengan, bokong  dan kaku pada leher, keterbatasan mobilisasi.
Tanda
dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan berbeda seperti biasanya,  pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi.
i.        Keamanan
Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan, bengkak, demam dan penurunan fungsi.
j.        Penyuluhan / pembelajaran
Gejala
Gaya hidup monoton dan hiperaktif
Rencana pemulangan
Memerlukan perawatan luka
Pertimbangan
Lama perawawtan  7– 14 hari

  1. Diagnosa keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria hasil
Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang,
Tanda – tanda vital dalam batas normal
Wajah klien rileks.
Rencana tindakan :
1)      Observasi tanda – tanda vital.
2)      Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat karaktersitik.
3)      Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku.
4)      Berikan posisi yang nyaman (semifowler)
5)      Kolaborsi pemberian obat analgetik.
b.      Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Luka kering, tidak ada pus.
Tidak ada kemerahan.
Tidak ada bengkak.
Kerapatan luka tampak bagus.

Rencana tindakan :
1)      Observasi tanda – tanda infeksi ( tumor, rubor, dolor, kalor, fungsiolesa ).
2)      Observasi tanda – tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu tubuh.
3)      Lakukan ganti balutan tiap hari.
4)      Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril, aseptik dan antiseptik.
5)      Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
6)      Monitor leukosits..
c.       Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan                   Setelah  dilakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
Kriteria hasil          klien dapat melakukan perawatan secara mandiri.
Rencana tindakan :
1)      Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan diri bagi klien.
2)      Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan.
3)      Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klienseperti menggosok gigi, makan, minum.
4)                  Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri.
5)                  Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap

d.      Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hernia pasca operasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga mengerti tentang hal – hal yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya hernia.
Kriteria hasil
Secara verbal klien mengerti perawatan selanjutnya antara lain dalam hal mencegah terulangnya penyakit henia.
Rencana tindakan :
1)      Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang harus di perhatikan agar tidak terjadi kekambuhan.
2)      Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dapat di toleransi.
3)      Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.
4)      Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan aktifits.
5)      Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.
6)      Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara perawatan luka di rumah.















BAB IV
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan  Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus

Hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material  abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada  anulus inguinalis eksterna yang  mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang sekali   menjadi ireponibilis.
  1. SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit Hernia yang pada akhirnya mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit Herniar ini. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih dalam lagi.




                                                           

                                   


DAFTAR PUSTAKA


Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar