PABAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan. Saluran
pernafasan adalah hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak balita, hal ini disebabkan karena system pertahanan
tubuh anak masih rendah (DepKes RI, 2000) data yang diperoleh peneliti dari Pusat
Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Muara Gembong diperoleh pasien anak yang
didiagnosa ISPA ada 73 orang dari 940 orang dalam kurun waktu 3 bulan pada
tahun 2013( 7,8%) ,ISPA merupakan kasus 5 besar diantara 10 kasus penyakit
terbesar.
World Health Organization (WHO) memperkirakan
kematian akibat ISPA
mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah
balita yang ada bila tidak diberi pengobatan
(WHO 2000). (Djaja S, Ariawan I, dan Afifah T. 2001), menyatakan di negara berkembang angka kematian bayi dan anak balita 20 –
35 % disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan 2 - 5
juta bayi dan anak balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena penyakit infeksi saluran pernafasan akut.
ISPA di Indonesia menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. ISPA juga sering berada pada
daftar 10 penyakit terbanyak. Survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA, ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
persentasi 22,30% dari seluruh kematian balita
(Depkes RI, 2008). Kematian balita karena ISPA secara nasional diperkirakan 6 orang per 1000 balita per tahun atau sekitar
150.000 balita pertahun. (DepKes RI, 2002).
Berdasarkan hasil laporan Riskesdas 2010, ISPA menempati
prevalensi tertinggi pada balita yaitu lebih 35%. Prevalensi ISPA juga
cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok ibu dengan pendidikan dan tingkat
pendapatan rumah tangga yang rendah. Dalam Riskesdas ini dikumpulkan data ISPA
ringan dan pneumonia (Riskesdas, 2007).
Kematian ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA
yang berat, karena infeksi telah mencapai paru-paru atau disebut sebagai radang
paru mendadak atau pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab
kematian utama, terutama pada balita. Kondisi ISPA ringan dengan batuk pilek
biasa sering diabaikan,namun apabila daya tahan tubuh anak lemah penyakit
tersebut cepat menjalar ke paru-paru. Kondisi penyakit tersebut bila tidak
mendapat pengobatan serta perawatan yang baik dapat menyebabkan kematian.
Perawatan yang dimaksud adalah perawatan dalam pengaturan pola makan balita
serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (Depkes RI, 2002).
Terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya kuman
(terdiri lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan daya tahan
tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang
ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni) serta karekteristik ibu
seperti umur ibu, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu (Depkes RI, 2002).
Hasil penelitian Riswandri (2002) membuktikan bahwa kebiasaan
membuka jendela rumah, jumlah anggota keluarga dan letak ternak kandang
berhubungan dengan kejadian ISPA di Kecamatan Parung-Jawa Barat. Penelitian
Muhedir (2002) menyatakan bahwa ternyata kepadatan penghuni rumah, kondisi
dapur, kelembaban dan asap rokok mempunyai hubungan yang bermakna dengan
kejadian ISPA balita. Penelitian Desmon (2002) di Sumatera Barat membuktikan
bahwa jenis atap dan kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian ISPA pada
balita sedangkan Penelitian Riza (2005) membuktikan bahwa jenis lantai rumah
berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Bekasi.
Lingkungan perumahan berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya
ISPA. Pada komunitas Aborigin prevalensi penyakit yang tinggi disebabkan oleh
sanitasi yang buruk, kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang
tinggi dan penyediaan air bersih yang tidak memadai (Taylor, Vicki. 2002).
Lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya ISPA adalah
lingkungan perumahan, dimana kualitas rumah berdampak pada kesehatan anggotanya.
Kualitas rumah dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan
hunian, jenis bahan bakar masak yang dipakai diduga sebagai penyebab terjadinya
penyakit ISPA (Yusianto, 2007).
Jendela rumah yang kecil menyebabkan pertukaran udara tidak berlangsung
dengan baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok terkumpul dalam rumah. Bayi
dan anak yang sering menghisap asap lebih mudah terserang ISPA.
Sesuai data yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat muara
gembong selama satu tahun terakhir
yang merupakan lokasi penelitian, penyakit ISPA pada balita menduduki urutan pertama, terdapat jumlah balita
sebanyak 4.211 dengan kasus ISPA rata-rata berjumlah 576 tiap bulannya (Puskesmas Muara Gembong, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan
pengetahuan ibu dan sanitasi rumah terhadap kejadian ISPA pada anak balita di puskesmas Muara Gembong”.
B. RUMUSAN
MASALAH
Prevalensi
penyakit ISPA balita dan mortalitasnya terus meningkat. Berbagai studi berbasiskan
populasi telah banyak dilakukan untuk mengidentifikasi factor risiko ISPA
balita. Penelitian untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu dan sanitasi rumah
masih kurang diperhatikan sebagai faktor risiko ISPA. Dengan demikian, masalah
penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu dan sanitasi
rumah terhadap kejadian ISPA balita di puskesmas Muara Gembong tahun 2013.
C. TUJUAN
PENELITIAN
1. Tujuan
Umum
Mengetahui
hubungan pengetahuan ibu dan sanitasi rumah terhadap
kejadian ISPA balita di puskesmas Muara Gembong tahun 2013
2. Tujuan
khusus:
- Mengetahui
hubungan pengetahuan ibu terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan ventilasi rumah terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan kepadatan penghuni terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan bahan lantai rumah terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan bahan dinding rumah terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan bahan atap rumah terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan jenis bahan bakar terhadap kejadian ISPA balita
- Mengetahui
hubungan merokok di rumah terhadap kejadian ISPA balita
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil
penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1.
Subjek Penelitian
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan rumah
sebagai penyebab timbulnya ISPA pada balita, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan
dan penanganan ISPA.
2. Diri Sendiri / Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu kedokteran, terutama
dalam bidang ilmu Community Research Programe (CRP) dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM).
3. Pemerintah dan Praktisi Kesehatan
Sebagai informasi dan evaluasi kepada pembuat kebijakan dan
pelaksana program berkaitan dengan intervensi penyakit ISPA balita bagi
pemerintah dan praktisi kesehatan, sehingga dapat merencanakan strategi upaya penanggulangan
ISPA.
4. Masyarakat Umum
Memberikan informasi bagi masyarakat tentang ISPA dengan tingkat pengetahuan
ibu dan sanitasi rumah sebagai faktor risikonya, sehingga masyarakat dapat
menjaga kesehatannya.
|