Powered By Blogger

Senin, 14 Oktober 2013

Bab 1 ISPA


PABAB 1
PENDAHULUAN

A.      LATAR  BELAKANG
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan. Saluran pernafasan adalah hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak balita, hal ini disebabkan karena system pertahanan tubuh anak masih rendah (DepKes RI, 2000) data yang diperoleh peneliti dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Muara Gembong diperoleh pasien anak yang didiagnosa ISPA ada 73 orang dari 940 orang dalam kurun waktu 3 bulan pada tahun 2013( 7,8%) ,ISPA merupakan kasus 5 besar diantara 10 kasus penyakit terbesar.
World Health Organization (WHO) memperkirakan kematian akibat ISPA mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah balita yang ada bila tidak diberi pengobatan (WHO 2000). (Djaja S, Ariawan I, dan Afifah T. 2001), menyatakan di negara berkembang angka kematian bayi dan anak balita 20 – 35 % disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan 2 - 5 juta bayi dan anak balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena penyakit infeksi saluran pernafasan akut.
ISPA di Indonesia menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA, ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentasi 22,30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI, 2008). Kematian balita karena ISPA secara nasional diperkirakan 6 orang per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita pertahun. (DepKes RI, 2002).
Berdasarkan hasil laporan Riskesdas 2010, ISPA menempati prevalensi tertinggi pada balita yaitu lebih 35%. Prevalensi ISPA juga cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok ibu dengan pendidikan dan tingkat pendapatan rumah tangga yang rendah. Dalam Riskesdas ini dikumpulkan data ISPA ringan dan pneumonia (Riskesdas, 2007).

Kematian ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA yang berat, karena infeksi telah mencapai paru-paru atau disebut sebagai radang paru mendadak atau pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita. Kondisi ISPA ringan dengan batuk pilek biasa sering diabaikan,namun apabila daya tahan tubuh anak lemah penyakit tersebut cepat menjalar ke paru-paru. Kondisi penyakit tersebut bila tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang baik dapat menyebabkan kematian. Perawatan yang dimaksud adalah perawatan dalam pengaturan pola makan balita serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (Depkes RI, 2002).
Terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya kuman (terdiri lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni) serta karekteristik ibu seperti umur ibu, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu (Depkes RI, 2002).
Hasil penelitian Riswandri (2002) membuktikan bahwa kebiasaan membuka jendela rumah, jumlah anggota keluarga dan letak ternak kandang berhubungan dengan kejadian ISPA di Kecamatan Parung-Jawa Barat. Penelitian Muhedir (2002) menyatakan bahwa ternyata kepadatan penghuni rumah, kondisi dapur, kelembaban dan asap rokok mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA balita. Penelitian Desmon (2002) di Sumatera Barat membuktikan bahwa jenis atap dan kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita sedangkan Penelitian Riza (2005) membuktikan bahwa jenis lantai rumah berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Bekasi.
Lingkungan perumahan berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA. Pada komunitas Aborigin prevalensi penyakit yang tinggi disebabkan oleh sanitasi yang buruk, kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air bersih yang tidak memadai (Taylor, Vicki. 2002).
Lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya ISPA adalah lingkungan perumahan, dimana kualitas rumah berdampak pada kesehatan anggotanya. Kualitas rumah dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian, jenis bahan bakar masak yang dipakai diduga sebagai penyebab terjadinya penyakit ISPA (Yusianto, 2007).
Jendela rumah yang kecil menyebabkan pertukaran udara tidak berlangsung dengan baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok terkumpul dalam rumah. Bayi dan anak yang sering menghisap asap lebih mudah terserang ISPA.

Sesuai data yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat muara gembong selama satu tahun terakhir yang merupakan lokasi penelitian, penyakit ISPA pada balita menduduki urutan pertama, terdapat jumlah balita sebanyak 4.211 dengan kasus ISPA rata-rata berjumlah 576 tiap bulannya (Puskesmas Muara Gembong, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan ibu dan sanitasi rumah terhadap kejadian ISPA pada anak balita di puskesmas Muara Gembong”.

B.       RUMUSAN MASALAH
Prevalensi penyakit ISPA balita dan mortalitasnya terus meningkat. Berbagai studi berbasiskan populasi telah banyak dilakukan untuk mengidentifikasi factor risiko ISPA balita. Penelitian untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu dan sanitasi rumah masih kurang diperhatikan sebagai faktor risiko ISPA. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu dan sanitasi rumah terhadap kejadian ISPA balita di puskesmas Muara Gembong tahun 2013.









C.      TUJUAN PENELITIAN
1.    Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan sanitasi rumah terhadap kejadian ISPA balita di puskesmas Muara Gembong tahun 2013

2.    Tujuan khusus:
  1. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap kejadian ISPA balita
  2. Mengetahui hubungan ventilasi rumah terhadap kejadian ISPA balita
  3. Mengetahui hubungan kepadatan penghuni terhadap kejadian ISPA balita
  4. Mengetahui hubungan bahan lantai rumah terhadap kejadian ISPA balita
  5. Mengetahui hubungan bahan dinding rumah terhadap kejadian ISPA balita
  6. Mengetahui hubungan bahan atap rumah terhadap kejadian ISPA balita
  7. Mengetahui hubungan jenis bahan bakar terhadap kejadian ISPA balita
  8. Mengetahui hubungan merokok di rumah terhadap kejadian ISPA balita


D.       MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Subjek Penelitian
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan rumah sebagai penyebab timbulnya ISPA pada balita, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dan penanganan ISPA.
2. Diri Sendiri / Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu kedokteran, terutama dalam bidang ilmu Community Research Programe (CRP) dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM).
3. Pemerintah dan Praktisi Kesehatan
Sebagai informasi dan evaluasi kepada pembuat kebijakan dan pelaksana program berkaitan dengan intervensi penyakit ISPA balita bagi pemerintah dan praktisi kesehatan, sehingga dapat merencanakan strategi upaya penanggulangan ISPA.

4.  Masyarakat Umum
Memberikan informasi bagi masyarakat tentang ISPA dengan tingkat pengetahuan ibu dan sanitasi rumah sebagai faktor risikonya, sehingga masyarakat dapat menjaga kesehatannya.