CONTOH Kasus
Kasus 7
Tn.F 50 tahun
mengeluh pandangannya seperti melihat benda beterbangan dan juga kadang-kadang
melihat ada kilatan pada mata kirinya, nyeri tidak ada. Pasien mengatakan sejak
6 bulan yang lalu tidak bisa melihat benda yang jauh
Diagnosa : Ablasio retina
1. Apa
sajakah penyebab ablasio retina ?
2. Apa
sajakah penatalaksanaan untuk mengatasi keluhan?
3. Apakah
diagnose keperawatan dan intervensi pada kasus diatas?
4. Bagaimanakah
monitoring pelaksanaan tindakan dan edukasi selanjutnya?
JAWABAN
PENGERTIAN ABLASIO RETINA
Ablasio retina adalah suatu keadaan
terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan basilus
(sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina (Vera H.
Darling Magaret R. 1996 : 73).
- PENYEBAB ABLASIO RETINA :
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif
dalam vitreus atau retina
(C. Smelzer, Suzanne,
2002).
2. Karena
pada ablasio retina tidak mengalami nyeri, maka untuk mengatasi keluhan-keluhan
yang dirasakan penderita seperti kasus diatas adalah dengan cara :
a.
Tirah baring dan aktivitas dibatasi
b.
Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah
cidera
c.
Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang
dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang
efektif pada robekan retina
d.
Pasien tidak boleh terbaring terlentang
e.
Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan
paska operasi
Cara Pengobatannya:
Prosedur
laser
Untuk menangani ablasio
retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor
atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk
membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel
berpigmen.
Pembedahan
Retinopati diabetika
/trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk
mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling)
sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
Krioterapi
transkleral
Dilakukan pada sekitar
tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan
sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/
beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara
fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke
epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke
jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat
dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
f.
Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan
atau operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina,
menutup lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini
dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis
ablasio retina telah ditegakkanmaka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk
menjalani operasi.
A. Persiapan
pre-operatif
Sedikitnya
5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus
tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh
digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu.
Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan
menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi
Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama
dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi
umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi
diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam
sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.
B. Operasi
a)
Elektrodiatermi
Dengan
menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina
dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada
retina.
b) Sclera Buckling
Suatu
bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana
kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan
menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan
diperkuat dengan membalut melingkar.
c)
Photocoagulasi
Suatu
sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan
mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi.
d) Cyro
Surgery
Suatu
pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan
minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
e) Cerclage
Operasi
yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina
yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera
F. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG ( REVISI )
1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
a. Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi
karena adanya kekeruhan
di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau
degenerasi vitreus itu
sendiri.
b. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya
cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan
cahaya atau dalam
keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh
penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada
keadaan yang telah
lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih
berat.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan
atau badan kaca yang
menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat
menurun bila makula
lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan
pandang seperti tertutup
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan
kedudukan ablasio retina,
pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti
halilintar kecil dan
fotopsia.
c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik
untuk mendiagnosis
ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek
oftalmoskopi. Pada
pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya
refleks fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi
gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna
pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak.
Suatu robekan pada
retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh
koroid dibawahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri
dari darah dan pigmen
atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui
adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun
kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan
ultrasonografi juga digunakan
untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain
yang menyertainya
seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing
intraokuler. Selain itu
ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang
menyebabkan
ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior
skleritis.
c. Pemeriksaan angiografi fluoresin akan terlihat:
1) Kebocoran didaerah parapapilar dan daerah yang berdekatan
dengan
tempatnya ruptur, juga dapat terlihat
2) Gangguan permeabiltas koriokapiler akibat rangsangan
langsung badan kaca
pada koroid.
3) Dapat dibedakan antara ablasi primer dan sekunder
4) Adanya tumor atau peradangan yang menyebabkan ablasi
g.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI SEBELUM
OPERASI ( Menurut NIC & NOC) ( REVISI )
DIAGNOSA yang mungkin muncul
:
1. Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )
2. Resiko cedera sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN DAN MONITORING
No
|
Diagnosa Kep
(NANDA)
Ditandai dengan DS/ DO
|
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
|
Intervensi
Kep dan Aktivitas (NIC)
|
1.
|
Gangguan Persepsi Panca
indera ( Penglihatan )
Data Subjektif :
-
Klien mengeluh pandangannya seperti melihat benda
beterbangan dan juga kadang-kadang melihat ada kilatan pada mata kirinya.
Data Objektif :
-
Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv =
2/3
Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke
inferior temporal. Corrugated (+), Tear(+), macula on
-
Defenisi:
perubahan dalam jumlah
maupun pola rangsangan yang diterima yang disertai dengan penyusutan,
pelebihan, penyimpangan,
atau gangguan tanggapan
terhadap rangsangan
tersebut.
Batasan Karaktristik :
· Berubahnya
pola
perilaku
· Berubahnya ketajaman
pancaindera
· Distorsi
pancaindera
· Konsentrasi
yang
lemah
· Kegelisahan
Faktor-faktor yang berhubungan :
· Pengintegrasian
pancaindera yang
terganggu
· Penerimaan
terhadap pancaindera yang
terganggu
|
NOC : Kompensasi
Tingkahlaku Penglihatan
Defenisi:
kegiatan untuk mengimbangi lemahnya penglihatan
Indikator :
· - Pantau
gejala dari semakin buruknya penglihatan
· - Posisikan
diri untuk menguntungkan penglihatan
· - Ingatkan
yang lain untuk menggunakan teknik yang menguntungkan penglihatan
· - Gunakan
pencahayaan yang cukup untuk aktivitas yang sedang dilakukan
· - Memakai
kacamata dengan benar
· Memakai
kontak lens dengan bear
· - Merawat
kacamata dengan benar
· - Menggunakan
alat bantu penglihatan yang lemah
· - Menggunakan
layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah
· - Menggunakan
alat bantu komputer
NOC : Kontrol Kecemasan
Defenisi:
tindakan seseorang untuk menghilangkan dan
mengurangi perasaan
- ketakutan dan tertekan yang sumbernya tidak bisa
diidentifikasi.
Indikator :
· - Memantau intensitas
kecemasan
· - Menghilangkan pencetus kecemasan
· - Menurunkan rangsang lingkungan
ketika cemas
· - Mencari informasi untuk mengurangi
kecemasan
· koping terhadap situasi yang menekan
· - Menggunakan strategi koping yang
efektif
· - Menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi rasa cemas
·
- Melaporkan jangka waktu penurunan
setiap episode
|
NIC :
Peningkatan Komunikasi : Defisit
melihat
Defenisi: membantu dalam menerima dan mempelajari
metode alternatif untuk hidup dengan gangguan penglihatan.
Aktivitas :
· - Kenali diri sendiri ketika memasuki
ruang pasien
· - Catat reaksi pasien terhadap
rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan
· - Menerima reaksi
pasien terhadap rusaknya penglihatan
· - Bantu pasien dalam menetapkan
tujuan yang baru untuk belajar bagaimana “melihat” dengan indera yang lain
· - Andalkan penglihatan pasien yang
tersisa sebagaimana mestinya
· - Berjalan satu dua langkah di depan
pasien, dengan siku pasien berada di sikumu
· - Rujuk pasien dengan masalah
penglihatan ke agen yang sesuai
· - Jangan memindahkan benda-benda di
kamar pasien tanpa memberitahu pasien
· - Bacakan surat, koran, dan
informasi lainnya pada pasien
· - Identifikasi makanan yang ada dalam
baki dalam kaitannya dengan angka-angka pada jam
· - Gambarkan lingkungan kepada pasien
NIC : Manajemen
Lingkungan
Defenisi: memanipulasi sekeliling pasien untuk kebaikan
terapeutik.
Aktivitas :
· - Ciptakan lingkungan yang aman untuk
pasien
· - Identifikasi kebutuhan rasa aman
pasien,
berdasarkan
tingkatan fungsi fisik dan kognisi dan sejarah perilaku di masa lalu
· - Hilangkan objek-objek yang
membahayakan dari lingkungan
· - Sediakan kasur yang bersih lagi
nyaman
· - Beri keluarga/orang
penting
lainnya
informasi
tentang
menciptakan
lingkungan rumah yang aman bagi pasien
|
2.
|
Resiko cedera sehubungan denganpenurunan tajam penglihatan.
Definisi :
Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari
kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan
pertahanan.
b. Faktor
Risiko :
Eksternal
:
·
Biologis
( tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)
·
Kimia
(misalnya, racun,polutan, obat-obatan, agen farmasi,alkohol, nikotin,pengawet,
kosmetik, pewarna)
·
Orang
(agen nosokomial, pola pemupukan, pola-pola kognitif, afektif dan psikomotor)
·
Jenis
transportasi
·
Nutrisi (vitamin,
jenis makanan)
·
Fisik
(desain, struktur, dan penataan komunitas, bangunan, dan /perlengkapan)
Internal
:
·
Profil
darah yang abnormal (leukositosis atau leukopenia, perubahan faktor
penggumpalan darah, trombosiopenia, menurunnya kadar hemoglobin)
·
Disfungsi
biokimia
·
Usia
perkembangan (psikologis,psikososial)
·
Disfungsi
efektor
·
Penyakit
imun/ autoimun
·
Disfungsi
integratif
·
Malnutrisi
·
Fisik
(kulit terkelupas, perubahan mobilitas)
·
Psikologis
(orientasi afektif)
·
Disfungsi
sensori
·
Hipoksia
jaringan
Data Subjektif : Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien
mendadak buram
Pasien merasa
pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau asap berterbangan di matanya.
Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan
Riwayat
Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu
Data Objektif :
Keadaan
Umum :
pasien tampak sakit
TD :
140/80 mmHg
nadi :
84 x/menit
nafas : 16
x/ menit
Lensa : Keruh, shadow test (+)
|
NOC : Kontrol Risiko : Pelemahan
Penglihatan
Definisi
: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan perubahan fungsi
penglihatan
-
Pantau gejala
kemunduran penglihatan
-
Pantau
lingkungan yg membahayakan mata
-
Hindari
bahaya utk mata
-
Gunakan
penerangan yg cukup selama beraktivitas
-
Istirahat
dari kegiatan yg menegangkan mata
-
Pantau gejala
penyakit mata
-
Gunakan resep
obat mata dg benar
-
Gunakan alat
pelindung mata
-
Dapatkan
pemeriksaan mata
|
NIC : Manajemen Keamanan
Aktifitas :
· - Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien
· - Identifikasi kebutuhan keamanan klien
· - Pindahkan benda-benda berbahaya dari sekitar klien
· - Pindahkan benda-benda berisiko dari lingkungan klien
· - Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
· - Posisikan tempat tidur agar mudah terjangkau
· - Kurangi stimulus lingkungan
NIC : Pencegahan jatuh
Aktifitas :
· - Identifikasi deficit fisik yang berpotensi untuk jatuh
· - Identifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan
potensi jatuh ( seperti lantai yang licin)
· - Berikan peralatan yang menunjang untuk mengokohkan jalan
· - Ajarkan klien bagaimana berpindah untuk meminimalisir
trauma
· - Hindari barang-barang berserakan di lantai
· - Ajarkan keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi
pada jatuh dan bagaimana mengurangi resiko jatuh
-
Kaji keluarga dalam mengidentifikasi bahaya di rumah
dan bagaimana memodifikasikannya
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST
OPERASI MENURUT DONGOES
Perubahan persepsi sensori melihat
berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.
Tujuan:
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria:
Klien memahami pentingnya perawatan yang intensif / bedrest
total.
Klien mampu menjelaskan rresiko yang akan terjadi sehubungan
dengan penyakitnya.
Intervensi:
Ajarkan klien untuk bedrest total. Rasional : agar lapisan
saraf yang terlepas tidak bertambah parah.
Berikan penjelasan tujuan bedrest total. Rasional: agar
klien mematuhi dan mengerti maksud perlakuan bedrest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala,
batuk, bersin, muntah. Rasional : mencegah bertambah parahnya lapisan saraf
retina yang terlepas.
Jaga kebersihan mata. Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral
sesuai anjuran dokter. Rasional: dengan pemberian obat-obatan diharapkan
kondisi penglihatan dapat dipertahankan / tidak tertambah parah.
Ansietas yang berhubungan dengan
ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan:
Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan.
Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca
operasi, prognosisnya bila dilakukan operasi.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas klien (ringan, sedang, berat, panik).
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga
memudahkan penanganan / pemberian askep selanjutnya.
Berikan kenyamanan dan ketenteraman hati. Rasional: agar
klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan
penyakit dan prognosenya. Rasional: agar klien mengetahui / memahami bahwa ia
benar sakit dan perlu dirawat.
Berikan / tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh
klien. Rasional: agar klilen merasa aman dan terlindungi saat memerlukan
bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietasnya. Rasional:
untuk mengetahui cara yang efektif menurunkan / mengurangi ansietas klien.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan /
ketegangan. Rasional: agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena
sesuai dengan keinginanya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.
Resiko terhadap ketidak efektifan
penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan
pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi,
obat-obatan, komplikasi danperawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang
direncanakan / dilakukan untuk pengobatan akibat dari penyakit dan penurunan
situasi beresiko (tidak aman, polusi).
Kriteria:
Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan
karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol dan kesalahan persepsi.
Menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang
pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
Mengungkapkan maksud / tujuan untuk melakukan perilaku
kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan
pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Intervensi:
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi
penatalaksanaan program terapeutik yang efektif. Rasional: agar diketahui
penyebab yang menghalangi sehingga dapat segera diatasi sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri. Rasional: agar klien mampu
melakukan aktifitas sendiri / dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu
program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang
positif. Rasional: agar klien mampu dan mau melakukan / melaksanakan program
perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran sertanya dalam pengobatan /
perawatan dirinya.
Jelaskan dan bicarakan : proses penyakit, aturan pengobatan
/ perawatan, efek samping prognosis penyakitnya. Rasional : agar klien mengerti
dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan dan perlakuan yang
tidak menyenagkan.
4.MONITORING PELAKSANAAN
TINDAKAN DAN EDUKASI
PERSIAPAN YANG DILAKUKAN
OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN OPERASI
a. Persiapan penderita sebelum operasi
·
Mengatasi kecemasan
·
Membatasi aktivitas
·
Penutup mata harus selalu dipakai untuk
mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
·
Pengobatan dengan obat tetes mata jenis
midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.
b. Persiapan penderita setelah operasi
·
Istirahatkan pasien (bad rest total)
minimal dalam 24 jam pertama.
·
Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam
pertama.
·
Evaluasi penutup mata
·
Bantu semua kebutuhan ADL
·
Perawatan dan pengobatan sesuai program
PENDIDIKAN KESEHATAN
YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO RETINA
Pada klien ablasio
retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu diberikan
pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain :
· Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri
setelah dioperasi
· Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata
· Setelah pembedahan retina perawat menekankan
untuk menjaga posisi yang benar untuk memfasilitasi perekatan kembali lapisan
retina.
· Menkonsumsi
anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.
· Hindari
ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca
mata hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari.
· Pemeriksaan
berkala dengan Amsler Grid
Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang
dapat dilakukan penderita untuk memeantau progresitifitas penyakit.
· Menberikan
penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan.
· Preoperasi,
Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk
mengurangi kecemasan klien.
· Post
Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut,
membungkuk, mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang
berlebihan hingga tercapai penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas
sehari-hari klien untuk mencegah hentakan atau pergerakan kepala yang
berlebihan
DAFTAR PUSTAKA ( KLIK DISINI )
C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. Jakarta
Brooker,
Christine. 2001. “Buku Saku Keperawatan Edisi 31”. Jakarta: EGC.
Hazil,
Maryadi. 2009. “Askep Ablasio Retina”.
Ilyas,
Sidarta. 2009. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta: FKUI.
Johnson,
Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA
McCloskey,
Joanne C and Gloria M.Bulecheck.1996. Nursing Interventions
Tidak ada komentar:
Posting Komentar