Powered By Blogger

Rabu, 17 April 2013

asuhan keperawatan ablasio retina


CONTOH Kasus
Kasus 7

Tn.F  50 tahun mengeluh pandangannya seperti melihat benda beterbangan dan juga kadang-kadang melihat ada kilatan pada mata kirinya, nyeri tidak ada. Pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu tidak bisa melihat benda yang jauh
Diagnosa : Ablasio retina
1.       Apa sajakah penyebab ablasio retina ?
2.       Apa sajakah penatalaksanaan untuk mengatasi keluhan?
3.       Apakah diagnose keperawatan dan intervensi pada kasus diatas?
4.       Bagaimanakah monitoring pelaksanaan tindakan dan edukasi selanjutnya?

JAWABAN
PENGERTIAN ABLASIO RETINA
Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina (Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73).

  1. PENYEBAB ABLASIO RETINA :
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).


2.      Karena pada ablasio retina tidak mengalami nyeri, maka untuk mengatasi keluhan-keluhan yang dirasakan penderita seperti kasus diatas adalah dengan  cara :
a.       Tirah baring dan aktivitas dibatasi
b.      Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
c.       Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
d.      Pasien tidak boleh terbaring terlentang
e.       Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Cara Pengobatannya:
         Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
         Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
         Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

f.       Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina telah ditegakkanmaka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani operasi.

A. Persiapan pre-operatif
Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total).  Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat- Obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi Jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep).  Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina menggunakan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.



B. Operasi
a)     Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalui sclera untuk memasukkan cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
b)    Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar.

c)   Photocoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium  yang mengalami pigmentasi.

d)   Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
e)   Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG ( REVISI )
1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
a. Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan
di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu
sendiri.
b. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah
lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang
menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula
lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina,
pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.
c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis
ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada
pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada
retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen
atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan
untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya
seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu
ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan
ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
c. Pemeriksaan angiografi fluoresin akan terlihat:
1) Kebocoran didaerah parapapilar dan daerah yang berdekatan dengan
tempatnya ruptur, juga dapat terlihat
2) Gangguan permeabiltas koriokapiler akibat rangsangan langsung badan kaca
pada koroid.
3) Dapat dibedakan antara ablasi primer dan sekunder
4) Adanya tumor atau peradangan yang menyebabkan ablasi






g.       DIAGNOSA DAN INTERVENSI SEBELUM OPERASI ( Menurut NIC & NOC) ( REVISI )
DIAGNOSA yang mungkin muncul :
1.      Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )
2.      Resiko cedera sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN MONITORING
No
Diagnosa Kep
(NANDA)
Ditandai dengan DS/ DO
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Intervensi
Kep dan Aktivitas (NIC)

1.

Gangguan Persepsi Panca indera ( Penglihatan )

Data Subjektif :
-          Klien mengeluh pandangannya seperti melihat benda beterbangan dan juga kadang-kadang melihat ada kilatan pada mata kirinya.

Data Objektif :
-          Papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv = 2/3
Ablasio retina (+) di superior temporal meluas ke inferior temporal. Corrugated (+), Tear(+), macula on
-           

Defenisi:
perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan yang diterima yang disertai dengan penyusutan,
pelebihan, penyimpangan,
atau gangguan tanggapan
terhadap rangsangan
tersebut.
Batasan Karaktristik :
·         Berubahnya pola
perilaku
·         Berubahnya  ketajaman pancaindera
·         Distorsi pancaindera
·         Konsentrasi yang
lemah
·         Kegelisahan
Faktor-faktor yang berhubungan :
·         Pengintegrasian pancaindera yang
terganggu
·         Penerimaan terhadap pancaindera yang
terganggu

NOC : Kompensasi Tingkahlaku Penglihatan

Defenisi: kegiatan untuk mengimbangi lemahnya penglihatan
Indikator :
·      - Pantau gejala dari semakin buruknya penglihatan
·      - Posisikan diri untuk menguntungkan penglihatan
·      - Ingatkan yang lain untuk menggunakan teknik yang menguntungkan penglihatan
·      - Gunakan pencahayaan yang cukup untuk aktivitas yang sedang dilakukan
·      - Memakai kacamata dengan benar
·      Memakai kontak lens dengan bear
·      - Merawat kacamata dengan benar
·      - Menggunakan alat bantu penglihatan yang lemah
·      - Menggunakan layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah
·      - Menggunakan alat bantu komputer


NOC : Kontrol Kecemasan

Defenisi:
tindakan seseorang untuk menghilangkan dan
mengurangi perasaan
- ketakutan dan tertekan yang sumbernya tidak bisa diidentifikasi.
Indikator :
·      - Memantau intensitas
kecemasan
·      - Menghilangkan pencetus kecemasan
·      - Menurunkan rangsang lingkungan ketika cemas
·      - Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
·      koping terhadap situasi yang menekan
·      - Menggunakan strategi koping yang efektif
·      - Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa cemas
·      
-       Melaporkan jangka waktu penurunan setiap episode



NIC : Peningkatan Komunikasi : Defisit
melihat
Defenisi: membantu dalam menerima dan mempelajari metode alternatif untuk hidup dengan gangguan penglihatan.
Aktivitas :
·      - Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang pasien
·      - Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan
·     -  Menerima reaksi pasien  terhadap rusaknya penglihatan
·     -  Bantu pasien dalam menetapkan tujuan yang baru untuk belajar bagaimana “melihat” dengan indera yang lain
·     - Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya
·      - Berjalan satu dua langkah di depan pasien, dengan siku pasien berada di sikumu
·      - Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke agen yang sesuai
·     -  Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien
·     -  Bacakan surat, koran, dan informasi lainnya pada pasien
·      - Identifikasi makanan yang ada dalam baki dalam kaitannya dengan angka-angka pada jam
·     -  Gambarkan lingkungan kepada pasien
NIC : Manajemen
Lingkungan
Defenisi: memanipulasi sekeliling pasien untuk kebaikan terapeutik.
Aktivitas :

·   - Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
·   - Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien,
berdasarkan tingkatan fungsi fisik dan kognisi dan sejarah perilaku di masa lalu
·   - Hilangkan objek-objek yang membahayakan dari lingkungan
·   - Sediakan kasur yang bersih lagi nyaman
·   - Beri keluarga/orang
penting lainnya
informasi tentang
menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien

2.


Resiko cedera sehubungan denganpenurunan tajam penglihatan.

Definisi : Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan.
b. Faktor Risiko :
Eksternal :
·                     Biologis ( tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)
·                     Kimia (misalnya, racun,polutan, obat-obatan, agen farmasi,alkohol, nikotin,pengawet, kosmetik, pewarna)
·                     Orang (agen nosokomial, pola pemupukan, pola-pola kognitif, afektif dan psikomotor)
·                     Jenis transportasi
·                     Nutrisi  (vitamin, jenis makanan)
·                     Fisik (desain, struktur, dan penataan komunitas, bangunan, dan /perlengkapan)
Internal :
·                     Profil darah yang abnormal (leukositosis atau leukopenia, perubahan faktor penggumpalan darah, trombosiopenia, menurunnya kadar hemoglobin)
·                     Disfungsi biokimia
·                     Usia perkembangan (psikologis,psikososial)
·                     Disfungsi efektor
·                     Penyakit imun/ autoimun
·                     Disfungsi integratif
·                     Malnutrisi
·                     Fisik (kulit terkelupas, perubahan mobilitas)
·                     Psikologis (orientasi afektif)
·                     Disfungsi sensori
·                     Hipoksia jaringan

Data Subjektif : Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien mendadak buram
Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya pinggir sebelah kanan
Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu

Data Objektif :
Keadaan Umum          :
pasien tampak sakit
TD       : 140/80 mmHg
nadi     : 84 x/menit
nafas    : 16 x/ menit
Lensa : Keruh, shadow test (+)

NOC : Kontrol Risiko : Pelemahan Penglihatan
Definisi : tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan perubahan fungsi penglihatan
-       Pantau gejala kemunduran penglihatan
-       Pantau lingkungan yg membahayakan mata
-       Hindari bahaya utk mata
-       Gunakan penerangan yg cukup selama beraktivitas
-       Istirahat dari kegiatan yg menegangkan mata
-       Pantau gejala penyakit mata
-       Gunakan resep obat mata dg benar
-       Gunakan alat pelindung mata

-       Dapatkan pemeriksaan mata

NIC : Manajemen Keamanan
Aktifitas :
·         - Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien
·         - Identifikasi kebutuhan keamanan klien
·        -  Pindahkan benda-benda berbahaya dari sekitar klien
·         - Pindahkan benda-benda berisiko dari lingkungan klien
·         - Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
·         - Posisikan tempat tidur agar mudah terjangkau
·        -  Kurangi stimulus lingkungan

NIC : Pencegahan jatuh
Aktifitas :
·         - Identifikasi deficit fisik yang berpotensi untuk jatuh
·        -  Identifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan potensi jatuh ( seperti lantai yang licin)
·         - Berikan peralatan yang menunjang untuk mengokohkan jalan
·         - Ajarkan klien bagaimana berpindah untuk meminimalisir trauma
·         - Hindari barang-barang berserakan di lantai
·         - Ajarkan keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi pada jatuh dan bagaimana mengurangi resiko jatuh
-    Kaji keluarga dalam mengidentifikasi bahaya di rumah dan bagaimana memodifikasikannya







DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI MENURUT DONGOES
Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.
Tujuan:
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria:
Klien memahami pentingnya perawatan yang intensif / bedrest total.
Klien mampu menjelaskan rresiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi:
Ajarkan klien untuk bedrest total. Rasional : agar lapisan saraf yang terlepas tidak bertambah parah.
Berikan penjelasan tujuan bedrest total. Rasional: agar klien mematuhi dan mengerti maksud perlakuan bedrest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, batuk, bersin, muntah. Rasional : mencegah bertambah parahnya lapisan saraf retina yang terlepas.
Jaga kebersihan mata. Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter. Rasional: dengan pemberian obat-obatan diharapkan kondisi penglihatan dapat dipertahankan / tidak tertambah parah.


Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan:
Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan.
Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya bila dilakukan operasi.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas klien (ringan, sedang, berat, panik). Rasional: untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan / pemberian askep selanjutnya.
Berikan kenyamanan dan ketenteraman hati. Rasional: agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit dan prognosenya. Rasional: agar klien mengetahui / memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
Berikan / tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien. Rasional: agar klilen merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietasnya. Rasional: untuk mengetahui cara yang efektif menurunkan / mengurangi ansietas klien.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan. Rasional: agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginanya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan, komplikasi danperawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan / dilakukan untuk pengobatan akibat dari penyakit dan penurunan situasi beresiko (tidak aman, polusi).
Kriteria:
Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol dan kesalahan persepsi.
Menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
Mengungkapkan maksud / tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Intervensi:
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penatalaksanaan program terapeutik yang efektif. Rasional: agar diketahui penyebab yang menghalangi sehingga dapat segera diatasi sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri. Rasional: agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri / dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif. Rasional: agar klien mampu dan mau melakukan / melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran sertanya dalam pengobatan / perawatan dirinya.
Jelaskan dan bicarakan : proses penyakit, aturan pengobatan / perawatan, efek samping prognosis penyakitnya. Rasional : agar klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan dan perlakuan yang tidak menyenagkan.

4.MONITORING PELAKSANAAN TINDAKAN DAN EDUKASI

PERSIAPAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN OPERASI

a. Persiapan penderita sebelum operasi
·                     Mengatasi kecemasan
·                     Membatasi aktivitas
·                     Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
·                     Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.
b. Persiapan penderita setelah operasi
·                     Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
·                     Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
·                     Evaluasi penutup mata
·                     Bantu semua kebutuhan ADL
·                     Perawatan dan pengobatan sesuai program

PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO RETINA
Pada klien ablasio retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu diberikan pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain :
·         Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri setelah dioperasi
·         Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata
·         Setelah pembedahan retina perawat menekankan untuk menjaga posisi yang benar untuk memfasilitasi perekatan kembali lapisan retina.
·         Menkonsumsi anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
·         Hindari ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca mata hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari.
·         Pemeriksaan berkala dengan Amsler Grid
Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita untuk memeantau progresitifitas penyakit.
·         Menberikan penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan.
·         Preoperasi, Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk mengurangi kecemasan klien.
·         Post Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut, membungkuk, mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk mencegah hentakan atau pergerakan kepala yang berlebihan



DAFTAR PUSTAKA ( KLIK DISINI )

C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. Jakarta
Brooker, Christine. 2001. “Buku Saku Keperawatan Edisi 31”. Jakarta: EGC.
Hazil, Maryadi. 2009. “Askep Ablasio Retina”.
Ilyas, Sidarta. 2009. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta: FKUI.
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA
McCloskey, Joanne C and Gloria M.Bulecheck.1996. Nursing Interventions



Tidak ada komentar:

Posting Komentar